Ujian hidup sesuai dengan kemampuan hambaNya…
Entah merasa beruntung, entah merasa sedih. Melihat saudara-saudara seiman yang kurang beruntung namun tetap gigih dalam keistiqomahannya. Iri iya, sedih iya, merasa bersyukur iya. Berbagai masalah yang sama seperti yang kuhadapi namun tak seberat mereka. Dari masalah keuangan untuk makanpun mereka susah, berobat juga susah, bahkan sampai ada yang bermasalah sama mertua. Saya bersyukur namun saya juga iri. Saya bersyukur atas segala kemudahan yang Allah berikan pada saya, bukan bermaksud sombong namun saya hanya “memamerkan” kebaikan yang Allah berikan pada saya. Bukan berarti kesusahan yang Mereka alami merupakan bukti bahwa mereka tidak termasuk hamba yang bersyukur. Justru mereka hamba yang “diperhatikan” oleh Allah. Lucu, kadang saya merasa iri dengan saudara2 yang ditimpa musibah,cobaan,maupun ujian yang berat seperti keuangan,sakit,kehilangan,mertua. Kenapa saya tidak diberi ujian seperti mereka? Kenapa apa yang saya inginkan selalu tercapai? Selalu ada saja rezeki ketika saya menginginkan sesuatu, selalu ada saja rezeki ketika mau berobat, bahkan memiliki mertua yang baik dan perhatian. Namun sayapun lupa akan 1 hal… bahwa kenikmatan merupakan ujian, musibah merupakan ujian pula. Betapa bodohnya saya ketika saya merasa menjadi orang yang tak pernah merasakan apa yang mereka rasakan . Kenapa? Karena kenikmatan yang ada saat ini merupakan ujian. Karena seharusnya jika saudara sakit maka yang lain ikut merasa sakit. Bodohnya saya menjadi orang yang tak punya empati, bodohnya saya diberi peran mendapat nikmat namun tak membantu saudara yang ditimpa kesusahan. Maafkan.. karena belum bisa menjadi saudara yang baik. Saya akan berusaha menjadi saudara yang berempati lebih lagi.